Selasa, 05 Oktober 2010

“Alangkah Lucunya Negeri Ini”: Potret Keprihatinan Akan Indonesia”

Berbicara kondisi negeri ini memang tak pernah putus dari jeratan berbagai masalah sosial yang melegenda. Mulai dari tingginya kesenjangan ekonomi, kriminalitas yang merajalela, pendidikan yang tak merata, hingga kebobrokan moralitas para wakil rakyat menjadi potret buramnya sistem kenegaraan kita. Sebuah film yang ditulis oleh Musfar Yasin, ”Alangkah Lucunya Negeri Ini” mencoba membingkai kesemrawutan bagsa dalam cerita perjalanan komplotan pencopet yang dididik untuk mencari penghasilan halal oleh seorang sarjana pengangguran. Bak oase di tengah gersangnya dunia perfilman Indonesia yang dijejali dengan cerita cinta tak berkualitas, film yang dirilis April 2010 ini mencoba memberikan sentilan akan berbagai keresahan sosial yang tak kunjung henti.
Film ini diawali dengan cerita perjalanan seorang Sarjana Manajemen bernama Muluk (Reza Rahadian) yang tengah berjuang mencari pekerjaan. Di tengah usahanya untuk mendapatkan penghasilan tetap ia memergoki aksi komplotan pencopet cilik sedang beraksi di tengah keramaian pasar. Dari sinilah Muluk mulai kenal dengan Komet, ketua pencopet pasar yang sempat ditangkap Muluk namun akhirnya dilepaskan. Peristiwa ini kemudian menghantarkan Muluk pada markas besar kawanan pencopet yang diketuai oleh Jarot (Tio Pakusadewo).
Gagagasan untuk menerapkan sistem manajemen dalam mengelola hasil pencopetan pun muncul. Setelah disetujui oleh ketua komplotan, Muluk pun melaksanan rencananya dengan memberikan pengarahan dan lambat laun memasukkan pembelajaran agama serta pancasila dalam menjalankan misinya. Tujuan Muluk hanya ingin mendidik mereka mencari penghasilan yang halal dengan berganti profesi menjadi pedagang asongan. Bagian yang diterima Muluk adalah 10% dari hasil mencopet.
Intrik kecil muncul ketika Haji Makbul (Deddy Mizwar), bapaknya Muluk menanyakan posisi pekerjaan yang tengah ditekuninya. Dengan sedikit canggung ia menjawab, ” Pengembangan Sumber Daya Manusia.” Selain itu Haji Sarbini (Jaja Miharja) juga mendesak Muluk untuk segera menikahi putrinya sebelum didahului calon anggota DPR bernama Jupri (Edwin ‘Bejo’).
Suatu ketika Haji Rahmat (Slamet Rahardjo Djarot) ingin sekali melihat kantor anaknya, Pipit (Tika Bravani) yang waktu itu telah menjadi guru agama di sekolah pencopetan itu. Syamsul (Asrul Dahlan), seorang Sarjana Pendidikan yang hobi bermain gaple di pos ronda juga turut merubah diri menjadi guru pancasila.
Klimaks terjadi ketika para orang tua, Haji Makbul, Haji Sarbini, Haji Rahmat mengetahui bahwa anak-anak mereka mendapatkan gaji dari uang hasil mencopet. Darah haram telah mengalir dalam diri mereka. Tak kuasa melihat kelakuan Pipit dan Muluk, Haji Rahmat dan Haji Makbul meminta ampun kepada Allah swt. di mushola dengan tangisnya yang tumpah. Melihat hal ini, Pipit dan Muluk pun akhirnya memutuskan untuk berhenti dari profesi mereka.
Film ”Alangkah Lucunya Negeri Ini” mampu yang disutradarai oleh Deddy Mizwar ini dikemas secara apik namun tetap syarat nilai. Aria Kusumadewa sebagai pendamping sutradara yang dekat dengan topik anak jalanan berhasil memberikan sentuhan alami dalam akting para pencopet cilik yang memukau. Film yang berdurasi 105 menit ini begitu mengalir tanpa kekakuan. Ada kelucuan, pesan moral dan keprihatinan yang berbaur mempesona dalam narasi yang disuguhkan. Setting yang dipilih pun mampu menggambarkan realitas sosial yang ingin disampaikan.
Dialog cerdas berderai dari obrolan para tokohnya. Pernyataan apakah pendidikan penting atau tidak penting mewarnai alur cerita. Ocehan para bocah tentang cita-cita menjadi koruptor memberi refleksi akan sikap pemimpin yang harus dikritisi. Sindiran orang-orang di sekitar Muluk akan fenomena para sarjana yang menganggur turut memberikan detail kompleksnya permasalahan bangsa ini.
Di akhir cerita ada sebuah pernyataan yang menarik perhatian saya: “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”, bunyi pasal 34 UUD 1945. Bagaimana mungkin para pedagang asongan turut menjadi bulan-bulanan petugas Satpol PP yang notabene mengatasnamakan Pemerintah dalam usaha menertibkan lalu lintas. Lalu, di mana implementasi pasal 34 di atas? Bagaimana bentuk kepedulian Pemerintah dalam memelihara mereka? Sedangkan bertriliun rupiah dengan gampangnya mengalir kepada korporasi asing yang terus mengeruk keuntungan dari bangsa ini.
Nampaknya pendidikan memang tak memberikan dampak penting dalam memperbaiki moralitas para pemimpin negeri ini. Bahkan pendidikan yang diangungkan tak mampu menjawab permasalahan sosial yang telah meradang dalam kehidupan bernegara. Jadi tidaklah mengherankan apabila masyarakat menganggap bahwa pendidikan tidak penting. Orang-ornag yang berpendidikan pun banyak yang pada akhirnya mengatakan hal ini. ”Pendidikan Tidak Penting!” Benarkah?
Film ini berakhir dengan sebuah kegamangan. Deddy Mizwar seolah tak ingin menyuguhkan kebohongan dalam mengurai fenomena sosial yang ada. Penonton dibiarkan ’meraba’ sendiri bagaimana nasib para pencopet yang mulai berganti profesi sebagai pedagang asongan. Toh memang tak mudah memberikan gerakan perubahan dalam keadaan dilematis.
Secara keseluruhan, film ini hampir bisa saya katakan sempurna. Hanya saja saya sedikit terganggu dengan berbagai iklan yang sering disuguhkan dalam beberapa adegan. Namun, hal itu pun saya anggap sebagai sebuah kewajaran. Seperti pendapat dari Antara News, saya pun setuju bahwa tanpa dukungan dana, film seperti ”Alangkah Lucunya Negeri Ini” hanya akan menjadi wacana yang habis dalam diskusi dan proposal.
Bagi saya sebuah film yang baik adalah film yang akan membuat kita berfikir kembali akan isi pesan yang terangkai delam balutan cerita yang menarik. Tak hanya sebatas memberi hiburan lalu tak meninggalkan bekas sama sekali bagi perbaikan diri kita dan lingkungan. Setidaknya film ”Alangkah Lucunya Negeri Ini” sudah berusaha untuk menyuarakan keprihatinan masyarakat. Walau entah bagaimana selanjutnya film ini diapresiasi dan apakah ada sedikit perubahan yang terjadi pada pemerintah dan nasib rakyatnya.


Referensi:
http://www.kapanlagi.com/showbiz/film/alangkah-lucunya-negeri-ini-bantah-kritik-pemerintah.html
http://www.antaranews.com/berita/1272800278/alangkah-lucunya-adalah-negeri-ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar