Kamis, 21 Oktober 2010

Teori Transisional Organisasi

Secara umum, teori dalam organisasi dapat dibagi menjadi tiga kerangka besar. Teori tersebut adalah teori struktural klasik, teori transisional dan teori mutakhir. Namun teori yang akan kita bahas saat ini lebih fokus pada teori transisional saja.
Teori transisional dapat dikatakan sebagai jembatan yang membahas teori klasik mengenai oragnisasi dan manajemen teori sistem serta perilaku yang lebih mutakhir. Konsepsi lama tetap memberikan pengaruh penting terhadap cara kita memahami organisasi. Nemun perbaikan-perbaikan dalam model mulai membawa perubahan praktis dalam cara kita merumuskan organisasi.

 Teori Perilaku
1.Teori Komunikasi Kewenangan (Chester Bernard)
Bernard memublikasikan The Function of Executive yaitu Fungsi pertama seorang eksekutif adalah mengembangkan dan memelihara suatu sistem komunikasi. Ia menyatakan bahwa organisasi adalah sistem orang, bukan struktur yang direkayasa secara mekanis. Definisi Bernard mengenai organisasi formal adalah suatu sistem kegiatan dua orang atau lebih yang dilakukan secara sadar dan terkoordinasikan.
Teori ini menganggap kewenagan merupakan suatu fungsi kemauan untuk bekerja sama. Bernard dikatakan sebagai pelopor yang menempatkan dan menjadikan komunikasi sebagai hal penting dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Maka dari itu, teknis komunikasi lisan dan tulisan merupakan hal yang harus dipelajari guna meningkatkan kualitas dalam berkomunikasi.

2.Teori Hubungan Manusiawi (Elton Mayo)
Teori ini termasuk penemuan besar pada awal tahun 1950-an. Sebelumnya dilakukan penelitian tentang bagaimana korelasi antara penerangan lampu saat bekerja dengan tingkat produktivitas yang dihasilkan. Kesimpulan yang berkembang dari studi Hawthorne tersebut sering disebut Efek Hawthorne (The Hawthorne Effect). Kesimpulan tersebut adalah: (1) Perhatian terhadap orang-orang boleh jadi mengubah sikap dan perilaku mereka. (2) Moral dan produktivitas dapat meningkat apabila para pegawai mempunyai kesempatan untuk berinteraksi satu dengan lainnya.
Suatu organisasi pasti mempunyai ciri khas dan budaya yang berbeda-beda. Orang-orang yang terlibat di dalam organisasi pun mempunyai karakter sendiri-sendiri. Dari kontak sosial yang terjadi antar anggota kemudian akan muncul struktur informal hubungan sosial dibalik struktur organisasi formal.

3.Teori Fusi Bakke dan Argyris
Suatu proses fusi ditawarkan Bakke guna menghadapi banyaknya masalah yang timbul dalam rangka memuaskan minat manusia yang berlainan dan untuk memenuhi tuntutan penting struktur birokrasi. Bakke berpendapat bahwa organisasi pada suatu tahap tertentu akan mempengaruhi individu yang terlibat di dalamnya. Namun di sisi yang berbeda, individu juga dapat mempengaruhi suatu organisasi.
Sedangkan Argyris berpendapat kadang-kadang individu tersebut memiliki tujuan yang berlawanan dengan organisasi. Hal ini tergantung pada seberapa besar kematangan individu itu sendiri. Akibat ketidaksesuaian tujuan ini, terdapat dua kemungkinan yang akan dilakukan oleh anggota. Pertama, anggota tersebut keluar dari organisasi, atau tetap bertahan namun bersikap apatis terhadap apa yang sedang terjadi.

4.Teori Peniti Penyambung Likert
Rensis Likert berjasa mengembangkan suatu model yang menggambarkan struktur organisasi. Konsep ini berhubungan dengan kelompok-kelompok dalam organisasi yang saling tumpang tindih. Dari sini muncullah konsep supervisory dan penyedia atau supervisor berfungsi sebagai peniti penyambung. Teori ini lebih menunjukkan pada hubungan antar kelompok daripada hubungan antar pribadi. Misalnya dalam organisasi OSIS di SMA, seorang yang duduk di posisi koordinator divisi Bela Negara selain berada di bawah pertanggungjawaban ketua OSIS juga berperan ganda membawahi sub-divisi lain seperti tonti, kepramukaan, dll.
Dalam penelitiannya, Likert menyatakan bahwa gaya manajemen dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
-Sistem 1
Hubungan antara atasan, organisasi dan bawahan sangatlah kaku. Arus komunikasi lebih ditekankan dari atas ke bawah dan bawahan tidak mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dengan atasan. Rasa saling percaya pada pesan yang disampaikan sangatlah minim. Akibatnya, timbullah organisasi informal yang mempunyai tujuan berbeda dengan organisasi yang ada.
-Sistem 2
Bawahan mempunyai sedikit kesempatan untuk memberikan masukan pada pengambilan keputusan. Mulai terdapat adanya kepercayaan dari manajemen pada bawahan. Kontrol kekuasaan berada di atas. Meskipun rasa curiga masih tetap ada, interaksi dilakukan untuk meraih tujuan organisasi.
-Sistem 3
Kebebasan berdiskusi antara manajer dan bawahan dan interaksi mulai dikembangkan. Meskipun demikian, manajer tidak terlalu percaya akan informasi yang disampaikan bawahan. Organisasi informal ada tetapi bersifat sama sekaligus bertentangan atau menolak manajemen.
-Sistem 4
Dalam sistem ini motivasi kerja dikembangkan dengan partisipasi yang kuat dalam pengambilan keputusan, penetapan goal setting dan penilaian. Manajemen sepenuhnya percaya pada bawahan. Semua diberi kesempatan untuk membuat keputusan. Alur informasi ke atas, ke bawah dan menyilang. Interaksi dalam sistem terbangun. Komunikasi ke atas pada umumnya akurat dan manajer menanggapinya dengan tulus atas feedback tersebut.


 Teori Sistem
Dalam suatu system, terdapat adanya keterkaitan antara komponen-komponen di dalamnya.
1.Teori Sistem Sosial Katz dan Kahn
Katz dan Khan berpendapat bahwa struktur sosial berbeda dengan struktur biologis. Apabila sistem sosial berhenti berfungsi, ia tidak lagi mempunyai struktur yang dapat diidentifikasi. Sistem sosial dipahami sebagai suatu struktur peristiwa. Dengan memandang organisasi sebagai sistem sosial yang terdiri dari manusia-manusia, maka komunikasi mutlak diperlukan. Hubungan yang terjalin antara orang-orang yang terlibat dalam suatu organisasi akan membuat organisasi bertahan lebih lama daripada jika individu di dalamnya bekerja secara terpisah dan tidak terjalin ikatan hubungan yang kuat.
Sebagai contoh, suatu perusahaan iklan akan lebih bertahan apabila bagian-bagian di dalamnya saling berkomunikasi dengan baik. Bagian marketing, public relation atau para praktisi desain grafis sekalipun harus terintegrasi secara emosional, bukan hanya struktural semata agar tujuan bersama menjaga branding dapat terwujud. Hubungan orang-orang di perusahaan iklan ini akan membentuk komunikasi yang terpola.
2.Teori Buck Bogers
Buck Rogers merupakan pencipta figur fiksi terkenal dan menginspirasi para tokoh penulis untuk melihat bagaimana nasib organisasi di masa datang. Alvin Toffler meringkaskan ciri-ciri birokrasi baru yang disebut ad-hokrasi sebagai bergerak cepat, kaya dengan informasi, sangat aktif, selalu berubah, terisi dengan unit-unit bersifat sementara dan individu-individu yang selalu bergerak. Dalam ad-hokrasi, bukanlah organisasi yang menarik komitmen pegawai, melainkan pekerjaan, problem yang harus dipecahkan dan tugas yang harus dilakukan. Para ad-hokrat menggunakan keahlian dan bakat mereka untuk memecahkan masalah dalam kelompok dan lingkungan temporer dalam organisasi, sejauh masalahnya menarik minat mereka. Beberapa ad-hokrasi memberi kesan kesederajatan yang merupakan ciri khas organisasi baru. Semua bagian dalam organisasi mempunyai posisi yang seimbang satu sama lain.



Daftar Pustaka:
Pace, R. Wayne and Faules, Don F. 1993. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Deddy Mulyana (ed). Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar