Selasa, 17 Agustus 2010

Ketika Kakiku Berpijak di Dataran Vietnam

Dari sebuah negara paling timur di Semenanjung Indochina, Asia Tenggara inilah awal mimpiku menjelajahi dunia akan dimulai. Ya! Vietnam adalah pengokoh pijakan dalam perjalanan panjang menuju masa depanku. Vietnam memberikan sketsa warna berbeda dalam gambaran sebuah negara, keunikan budaya, perjuangan ekonomi dan segala pernak-pernik di dalamnya. Kemudian, setiap jengkal tapak kakiku di sana akan menjadi bukti tentang arti sebuah kekuatan imagi, ambisi dan untaian doa pada Illahi Rabbi. Lihatlah! Aku berdiri di depan University of Social Sciences and Humanities, Ho Chi Minh City. Dari kota terbesar dan terpadat di negara komunis itulah akan kupersembahkan Indonesia yang sesungguhnya melalui sebuah almamater bernama Universitas Gadjah Mada.
Asal Kau tahu kawan, semua bermula dari 2010 Indonesia-Vietnam Youth Friendship Program yang telah memberiku kekuatan untuk menjemput asa dan merubah dunia. Alasan mengapa aku sangat ingin mengikuti program pertukaran budaya itu, tak lain karena sebuah harapan untuk menempa diriku menjadi pribadi yang lebih berkontribusi, kritis, aspiratif dan memupuk semangat untuk terus memperbaiki negeri ini. Dalam program itulah aku yakin akan adanya sebuah optimisme perubahan. Program ini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan Indonesia, khususnya dalam bidang pariwisata dan pendidikan. Konsentrasi pada budaya merupakan aspek yang potensial untuk mempromosikan wajah Indonesia. Program persahabatan antara pemuda Indonesia dan Vietnam pun akan menciptakan hubungan bilateral yang baik dari kedua negara tersebut.
Masih bertanya mengapa aku berminat mengikuti program dari Asean Youth Friendship Network (AYFN) itu? Kawan, jika jabawan keegoisan yang kalian inginkan, maka akan kujawab dari sisi harapan seorang pembelajar yang belum pernah sama sekali ke luar negeri. Siapa yang tak ingin mendapatkan pengalaman eksotis menyusuri Delta Sungai Mekong, menyaksikan megahnya University of Social Sciences and Humanities, Ho Chi Minh City secara langsung, bersahabat dengan mahasiswa Vietnam, menikmati budaya Vietnam yang khas dan merasakan sensasi iklimnya? Aku ingin tahu bagaimana kondisi kemacetan yang menjadi masalah serius di Ho Chi Minh City akibat jalan-jalan kota berjuang untuk mengatasi membeludaknya jumlah automobil. Tentu akan kutemukan pemandangan yang berbeda ketika mengamati jalur transportasi di sana. Berkebalikan dengan Indonesia, Vietnam menggunakan jalur kanan untuk lalu lintas jalan raya.
Di sisi yang berbeda, aku adalah wanita desa yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat berpendidikan rendah. Sebagaian besar dari mereka menganggap bahwa orang sukses adalah mereka yang dapat bekerja dengan gaji yang banyak. Kuliah dianggap sebagai perbuatan menghambur-hamburkan uang yang tak jelas hasilnya. Bagi mereka, ke luar negeri adalah mimpi. Kesempatan untuk berkunjung ke sana pun hanya untuk mereka yang berkantong tebal. Tapi semua itu tak berlaku bagiku. Aku akan membuktikan pada keluarga dan orang-orang yang meragukanku bahwa aku bisa menciptakan gerakan perubahan. Aku akan mematahkan keyakinan lama yang sulit berkembang. Aku ingin mencerdaskan putra-putri bangsa dengan mengutamakan pendidikan agama, moral dan keteguhan sikap serta menanamkan rasa memiliki terhadap bangsa ini. Kemudian suatu saat nanti kawan, Kau akan melihat satu per satu dari mereka bergerak menuju pembaharuan yang dinamis. Aku yakin itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar