Beberapa waktu lalu sempat terdengar
kabar tentang kematian seorang pendukung partai berlambang warna merah yang meninggal
karena lehernya terkena bacok ketika sedang melintas di daerah yang menjadi “markas”
pendukung partai bercirikan warna hijau. Kejadian itu berlangsung ketika
segerombolan partai berbendera merah ini sedang konvoi dengan motor berknalpot
keras di daerah Bantul. Entah karena alasan apa, kedua kelompok massa ini
kemudian teribat bentrok hingga memakan korban jiwa. Tidak hanya ini. Sebelum-sebelumnya,
berita tentang kematian yang disebabkan karena bersitegangnya sejumlah partai
ramai terdengar dari sejumlah sumber.
Marah. Sifat ini kerapkali
menghampiri kita di kala terdapat hal-hal yang bertentangan dengan kehendak
hati kita. Begitu pula kejadian-kejadian yang seringkali berujung pada kematian
acapkali diawali dari rasa marah yang bergejolak.
Marah. Hampir setiap kita pernah
merasakan bagaimana rasanya marah. Bahkan terkadang kita tidak dapat
menghindarinya. Mungkin pula sesekali di antara kita tidak bisa mengontrol
emosi dan pikiran dengan jernih ketika sedang marah. Sifat marah, seringkali lebih
banyak mendatangkan mudharat daripada manfaat.
Begitu perlunya kita menjaga dari
sifat marah, hingga Nabi mewasiatkan kepada laki-laki, “Laa taghdhab. “ yang berarti
“Jangan Marah!”
Ibnu Hajar berkata dalam al-Fat-h: “Al Khathtabi berkata: ‘Arti
perkataan beliau yakni jangan marah, adalah jauhi sebab-sebab marah dan jangan
melakukan sesuatu yang mengarah kepadanya. Sementara marah itu sendiri
terlarang karena ia adalah tabiat yang tidak akan hilang dari manusia.”
‘Abdul ‘Aziz bin Fathi as-Sayyid
Nada dalam bukunya “Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Quran dan as-Sunnah Jilid
2” menyebutkan, setidaknya ada sepuluh adab yang berhubungan dengan marah.
1. Jangan
marah kecuali karena Allah.
Jika marah
dilakukan karena Allah, niscaya hal itu menjadi sesuatu yang disukai dan
pelakunya akan mendapat pahala. Nabi tidak pernah marah karena dirinya, tetapi
ia marah karena Allah Ta’ala. Juga Beliau tidak dendam kecuali karena Allah.
Dalam sebuah hadist, disebutkan:
“Tidaklah
diajukan dua pilihan kepada Nabi kecuali beliau akan memilih yang paling mudah,
selama tidak mendatangkan dosa. Jika itu dosa, maka beliau akan menjauhi
keduanya. Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena urusan pribadi yang
beliau hadapi kecuali apabila larangan Allah dilanggar, maka beliau akan marah
karena Allah.
2. Berlemah
lembut dan tidak marah karena urusan dunia
Marah terkadang
mendorong manusia untuk bertikai dengan orang yang membuatnya marah, sehingga menjerumuskan
ia dalam dosa besar. Bahkan seringkali sampai memutus tali silaturrahim. Allah
berfirman dalam QS. Ali ‘Imran: 134 “...
dan orang-orang yang menahan amarah...”
Nabi bersabda
kepada Asyajj ‘Abdul Qais: “Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang
dicintai Allah, yaitu santun dan hati-hati.
3. Mengingat
kekuasaan dan keagungan Allah
Orang yang
mengingat kekuasaan dan keagungan Allah akan mendorong seseorang untuk meredam
amarahnya. Mungkin pula seseorang yang itu akan urung diri untuk marah. ‘Abdul ‘Aziz
bin Fathi as-Sayyid Nada mengatakan, mengingat kekuasaan dan keagungan Allah
adalah adab palng bermanfaat yang dapat menolong seserang untuk berlaku santun
(sabar).
4. Menahan
dan meredam amarah jika telah muncul
Allah berfirman:
“... dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang
berbuat kebaikan.” (QS. ‘Ali –‘Imran: 134).
Nabi pernah
bersabda, “Barang siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat
meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan segenap makhluk. Setelah itu,
Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa yang ia
kehendaki.”
5. Berlindung
kepada Allah ketika marah
Nabi bersabda, “Jika
seseorang yang marah mengucapkan: ‘A’uudzu
billah’ (aku berlindung kepada Allah), niscaya akan reda kemarahannya.”
Syaitanlah yang
menyulut kemarahan pada diri manusia, sehingga kita sebagai makhluk yang lema
ini perlu berlindung kepda Allah dari syaitan ketika marah.
6. Diam
Diam ketika
marah merupakan salah satu perintah nabi, sebagaimana sabda Beliau, “Ajarilah,
permudahlah, dan janganlah menyusahkan. Apabila seorang dari kalian marah,
hendaklah ia diam.”
7. Mengubah
posisi ketika marah
Rasulullah bersabda,
“Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia
duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring!”
8. Berwudhu’
atau mandi dan semisalnya
Karena marah
adalah api syaitan yang berakibat mendidihnya darah dan terbakarnya urat
syaraf, maka perbuatan wudhu’, mandi atau semisalnya, terlebih menggunakan air
dingin akan memadamkan api tersebut sehingga dapat menghilangkan marah.
9. Memberi
maaf dan bersabar
Nabi adalah
orang paling lembut, santun, dan pemaaf kepada orang yang bersalah. Bahkan di
antara sifat Beliau yang tertera dalam Taurat: “... dan ia tidak membalas
kejahaan dengan kejahatan, namun ia memaafkan dan memberikan ampunan....”
10. Jangan
membalas keburukan dengan keburukan yang berlebihan
Allah berfirman, “Jika kamu membalas (menghukum), maka
balaslah dengan yang semisal (dengan keburukan) yang telah mereka lakukan,
tetapi jika kalian sabar, itu lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS.
An-Nahl: 126)
Referensi: Buku karya ‘Abdul ‘Aziz
bin Fathi as-Sayyid Nada. 2013. “Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Quran dan
as-Sunnah” Jilid 2. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar