Senin, 01 Oktober 2012

Inilah Bukti

Di sebuah perjalanan pengembaraan mencari makna. Lensa mataku tiba-tiba tak sengaja membidik sebuah objek yang tersisip dalam luasnya belantara raya. Seketika aku termenenung, terpana akan keajaiban di depan mata. Bukan saja karena keindahan perwujudan fisiknya, namun jauh lebih dalam di sana, ada setitik cahaya yang berpendar menentramkan jiwa. Ada terang yang menembus selimut kabut. Bukannya tak pernah melihat hal ini sebelumnya. Melainkan saat ini semuanya dalam kondisi yang berbeda. Sangat berbeda mungkin. Sebuah jawaban akan keresahan dan kesanksian yang selama ini menggema memenuhi ruang ruang dunia.

*****

(1)Nuun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,
(2)berkat ni’mat Tuhan-mu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.
(3)Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.
(4)Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur.
(5)Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat,
(6)siapa di antara kamu yang gila.
(7)Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah yang paling mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Muhammad, sosok yang selalu tercurah dengan doa dan pujian untuknya. Muhammad, pribadi yang amat dicintai oleh kaummnya. Muhammad, seorang yang benar-benar berbudi pekerti luhur; sebagaimana keterangan yang tertulis dalam firman-Nya.
Tak peduli orang mau berkata apa. Tak peduli mereka menuliskan tentang apa. Tak peduli sumpah serapah atas dirinya. Muhammad tak pernah turun derajatnya. Muhammad sekali-kali bukan orang gila. Muhammad selalu dirindukan. Muhammad tetap menjadi tauladan.

*****

Kembali kuselami lautan makna tak bertepi dalam suratan-suratan di depanku. Kedua bola mataku segera menyapu simbol-simbol penanda yang dapat kukais untuk mengikat memoriku. Berharap suatu saat tatkala aku menjumpainya lagi di tempat ini, akan selalu kuingat kisah tentang perjuangan pemeran utama dalam pertarungan wacana penduduk dunia.

Akhirnya, inilah bukti. Atas kemuliaan jiwa tokoh utama. Atas caci maki yang tak bertepi. Atas keresahan orang-orang yang amat mencintai sosoknya. Atas kesanksian yang masih mengudara di atmosfer mayapada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar