Senin, 19 September 2011

Media Cetak di Ambang Batas?

Prospek industri percetakan selalu menjadi topik yang tak pernah basi untuk dibicarakan. Mempertanyakan tentang nasib media cetak di tengah maraknya penggunaan internet di berbagai belahan dunia di satu sisi menimbulkan sejumlah kekhawatiran bagi industri media cetak itu sendiri. Kondisi ini diperparah dengan naiknya harga kertas yang mengakibatkan kalkulasi profit sejumlah perusahan media cetak semakin berkurang. Lantas, apakah ini sebuah pertanda industri percetakan akan hilang dari peredaran?

Era digitalisasi memang tengah menjadi tren bermedia yang banyak digandrungi hingga saat ini. Sebagian pembaca media cetak disinyalir telah berpindah kepada media online dengan pertimbangan akses informasi yang jauh lebih cepat. Para pembaca yang mempunyai akses internet juga mempertimbangkan bahwa informasi yang disediakan dalam bentuk digital dapat diakses secara efisien, tanpa harus mengunjugi kios-kios distributor media cetak yang tesedia. Alasan cinta lingkungan juga menjadi bahan pertimbangan tersendiri bagi sejumlah pembaca yang beralih kepada media digital. Selain tampilan melalui media digital yang dapat didesain lebih variatif, bentuk format digital dinilai lebih mudah untuk disimpan dan tidak memakan banyak ruang.

Di balik sejumlah keuntungan yang ditawarkan oleh media digital serta fasilitas internet yang semakin berkembang tersebut, saya melihat industri percetakan masih mempunyai peluang untuk tetap bertahan. Memang tak dapat dipungkiri, hadirnya teknologi baru seperti internet telah memberikan dampak pada industri media cetak, seperti pengurangan jumlah produksi ataupun diperlukannya rekapitulasi yang lebi jeli terkait anggaran yang dibutuhkan. Namun, bagaimanapun transformasi bentuk media tidak langsung serta-merta akan menghilangkan para konsumen media cetak. Terlebih ketika kita melihat dalam konteks masyarakat Indonesia, kelompok yang dapat mengakses internet dan mampu “membeli” teknologi yang disyaratkan untuk menikmati suguhan media cetak dalam bentuk yang lebih modern, saya kira tidak lebih dari 40% dari total populasi masyarakat kita.

Dalam sebuah dokumentasi, tentu karya cetak lebih dianggap memenuhi syarat karena dapat dilihat fisiknya secara langsung tanpa harus menggunakan media perantara dan bersifat lebih portabel sehingga dapat dinikmati di tempat manapun. Terkait dengan isu cinta lingkungan yang menjadi salah satu alasan digunakannya media digital, saya kira hal ini dapat sedikit disiasati dengan pemanfaatan kertas daur ulang, meskipun di satu sisi kualitas kertas yang dihasilkan memang kurang maksimal.

Teknologi baru seperti media elektronik tentunya juga tidak terlepas dari efek samping seperti radiasi ataupun gangguan penglihatan. Sejumlah pihak juga merasa bahwa membaca di depan layar elektronik terlalu lama jauh tidak nyaman ketika dibandingkan dengan membaca langsung pada teks sebuah kertas bacaan. Tidak semua orang mau disibukkan dengan mencari-cari bahan bacaan di internet misalnya, atau harus menjinjing laptop ke manapun mereka pergi hanya untuk mengakses informasi yang sudah tersedia dalam bentuk cetakannya. Saya percaya, hingga suatu hari nanti, industri media cetak akan tetap menjadi sebuah solusi bagi sejumlah pihak yang haus akan informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar