Minggu, 04 April 2010

Tuhan Menciptakan Air Mata Sebagai Berkah

Ngeng… Aku terus memacu laju sepeda motorku. Sementara pikiranku terus bertanya-tanya tentang sebuah pesan singkat yang baru saja kuterima dari salah seorang anggota keluargaku. Tak kupedulikan jarum-jarum tipis air hujan yang berusaha menembus kulit dan meyuntikkan hawa dingin ke seluruh tubuh. Hasratku hanya satu, segera sampai di rumah dan memastikan semuanya baik-baik saja.
Memasuki gang masuk ke kampungku, bendera putih di ujung jalan berkibar dengan lesunya. Oh Tuhan.. aku berharap berita duka itu bukan untukku. Namun.. kulihat para tetangga telah berkerumun di halaman rumahku. Segera kuparkir sepeda motorku dan aku pun berlari menuju ruang tamu. Untaian tasbih dan pengagungan asma Illahi telah menyelimuti sudut-sudut ruangan. Seseorang telah terbujur kaku berselimut kain kafan.
Perlahan kudekati tubuh tak bernyawa itu. Kubuka tabir kain kafan yang menutupi wajahnya. Aku pun melihat wajah pucat ibuku kini berada di depan mataku. Kutatap pesona penuh keagungan di dalamnya. Wanita perkasa yang tak pernah mengeluh dengan polah bengal anak-anaknya. Dengan penuh ta’zim ku kecup kening permata hatiku untuk terakhir kalinya. Kemudian kristal-kristal bening dari kedua mataku mulai jatuh satu per satu. Setelah itu kelopak mataku tak kan mampu untuk menahan genangan air mata yang telah membuncah dari sumbernya. Tangis haru pun meledak pada titik kulminasinya. Bibirku tak henti melafadzkan dzikir kepada Sang penguasa hidup. Sesekali terdengar istighfar pada tagisku yang sesenggukan.

----- sebuah cerita refleksi untuk kembali menyadari betapa banyaknya dosa-dosa kita pada ibunda tercinta. Hanya fiktif belaka.

Tentunya kita semua akan merasa sedih ketika kehilangan orang yang sangat kita sayangi. Bahkan baru sebatas membayangkannya saja, air mata akan jatuh berlinangan. Dalam sunyi, aku sering menitikkan air mata walau tak ada sebab pasti yang membuat aku harus bersedih. Terlebih ketika pikiran terasa penat dengan urusan duniawi dan sepertinya badan tak sanggup lagi menahan beban yang ada, maka aku akan membiarkan diriku larut dalam tangisan barang sejenak. Karena dengan menangis beban itu akan sedikit terkurangi. Kemudian sebuah semangat baru akan muncul layaknya raksasa yang menyeruak bangun dari tidurnya.
Aku akan banyak bermunajat kepadanya ketika kesedihan bertandang di hati. Berharap Tuhan selalu memberikan secercah kasihnya untukku dan dan untuk orang-orang yang kusayangi. Semoga Engkau senantiasa memberikan balasan yang lebih untuk orang-orang yang aku cintai dan mencitaiku ya Rabb. Semoga Engkau tidak mencabut nyawa kami sebelum aku memberikan balasan terbaik atas budi baik mereka. Semoga Engkau masih mengizinkan aku hidup bersama mereka lebih lama lagi. Semoga…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar