Selasa, 17 Mei 2011

Sukses Individu: Titik Awal Kesuksesan Bangsa

The worth of a state, in the long run is the worth of the individuals composing it
(John Stuart Mill)


Mengapa Amerika menjadi negara yang disegani dunia? Hal ini tak lain karena orang-orang Amerika mampu bersaing secara profesional. Mereka adalah para pekerja keras yang tak kenal lelah. Pemerintah Amerika pun sangat menghargai potensi dari setiap warga negaranya dan konsisten mengembangkan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan yang terarah dan disesuaikan minat bakat peserta didiknya.

Negara Jepang yang terkenal dengan kereta api tercepat di dunianya, Shinkansen mempunyai masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan. Negara matahari terbit ini, bahkan menempatkan ilmu dalam posisi penting sejak Zaman Meiji (1860-1880-an). Orang-orang Jepang juga terkenal dengan pribadi yang penuh inovasi, tak puas dengan karya orang lain dan saling berlomba untuk menghasilkan produk terbaik mereka. Tak mengherankan bila negara ini dapat bangkit dari keporakporandaan akibat bom atom pada Perang Dunia II dengan waktu yang relatif singkat.

Bagaimana dengan Israel? Negara yang sering dikutuk umat Islam ini ternyata mempunyai sumber daya manusia yang tak kalah hebatnya. Jumlah doktor di negara yahudi ini mencapai 10 ribu orang, dari total jumlah penduduknya yang hanya 7 juta jiwa. Angka ini sangat jauh dibandingkan dengan akumulasi doktor di Indonesia yang hanya berkisar 0,01 persen dari populasi penduduk di Tanah Air. Dengan kekuatan sumber daya manusia yang tangguh pula, Israel mempunyai bargaining position di mata dunia.

Kini, mari kita tengok negara yang menghasilkan gas alam cair (LNG) terbesar di dunia (20% dari suplai seluruh dunia), negara dengan wilayah kepulauan terbesar (17.504 pulau), negara dengan terumbu karang (Coral Reef) terkaya (18% dari total dunia), serta negara dengan hutan bakau terluas di dunia: Indonesia. Seperti apakah kualitas orang-orang yang tinggal di negeri maritim terbesar ini? Ternyata, sebagian besar penduduknya tak mempunyai rencana hidup yang jelas. Hal yang lebih menyedihkan, permasalahan ini banyak dialami oleh para generasi muda Indonesia, yang notabene adalah para pewaris peradaban bangsa. Semangat berprestasi mereka sangat rendah, bahkan keinginan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi pun bisa dibilang sangat minim.

Padahal, ke depannya, negeri ini membutuh para pemimpin yang cerdas memikirkan bagaimana strategi kemenangan bangsa. Negeri ini membutuhkan pribadi-pribadi yang tangguh dan siap bersaing untuk membangun kembali peradaban Indonesia yang berkarakter. Negeri ini membutuhkan sosok-sosok pemberani dan berwawasan luas guna menghasilkan keputusan-keputusan besar yang kan merubah sejarah dunia.

Untuk itulah kawan, kini saatnya diri kita menunjukkan kekuatan sumber daya manusia Indonesia yang sesungguhnya. Inilah saatnya untuk menciptakan kehidupan berbangsa yang lebih bermakna. Saat ini pulalah, masa di mana kita harus berubah, menjadi seorang pribadi yang luar biasa, bertanggungjawab dan berperan aktif bagi perbaikan bangsa ini. Karena kesuksesan diri kita, akan menjadi akumulasi yang mengukuhkan tingkat kesuksesan bagi negeri ini di masa depan.



Daftar bacaan:

Marwah Daud Ibrahim, 2003. Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa Depan. Jakarta: MHMMD Production.

http://www.antarajatim.com/lihat/berita/58084/pengamat-jumlah-doktor-di-indonesia-masih-minim

http://www.forumbebas.com/thread-77627.html

http://www.mail-archive.com/filsafat@yahoogroups.com/msg03125.html

Sabtu, 14 Mei 2011

Indonesia dan Putra-Putri Bangsa

"Negeri ini, suatu saat nanti membutuhkan orang-orang yang mampu menjadi pemikir strategis. Negeri ini, suatu saat nanti membutuhkan sumber daya manusia yang mampu memberikan solusi atas sejumlah permasalahan yang mendera bangsa kita."

Setidaknya penggalan kalimat itulah yang dapat aku jadikan refleksi atas semua yang telah kujalani dalam hidup ini. Sebuah intisari yang dapat kurekam dari sebuah diskusi kecil bersama Agung Baskoro dan Laras Susanti yang sangat inspiratif dan menyadarkan akan eksistensiku saat ini yang ngakunya sebagai seorang majasiswa. Lantas, apa yang telah aku lakukan untuk negeri ini? Padahal carut marut telah mewarnai sketsa mozaik sejarah bangsaku. Setidaknya, sampai saat ini. Yah, aku berharap kesemrawutan itu tak berlarut-larut singgah dalam romansa kehidupan bangsa ini.

Masih banyak yang harus dilakukan kawan..
Masih banyak yang harus diselesaikan.

Saatnya bangkit dari keterpurukan kawan..
Saatnya buktikan pada dunia bahwa negeri ini negeri yang besar.
Dan kita, adalah orang-orang yang akan membawa perubahan itu.
Mengantarkan negei ini pada kemenangan yang benar-benar akan kita genggam.

Dan, Suatu saat nanti...
Anak cucu kita pun akan dengan bangga dan lantang berteriak,
AKU BANGGA MENJADI ANAK INDONESIA, AKU BANGGA MEMILIKI INDOENSIA

Minggu, 01 Mei 2011

Setitik Terimakasih

Ya Rabb, sungguh Engkau telah memberiku berjuta nikmat yang sering ku lalaikan. Maafkan aku Ya Allah, jika kehadiran-Mu sering terlalaikan dalam jeratan kesibukan dunia yang senantiasa menyergapku. Lalu, hari ini aku Kau ingatkan kembali, bahwa satu-satunya tempat yang pantas untuk diharapkan adalah Engkau.

Keajaiban itu, walau kecil akan selalu bermakna dalam lika-liku jalan hidupku. Perjalanan itu, walau terjal dan terkadang menyakitkan, tapi aku yakin itulah sketsa yang terbaik dalam lukisan kanvas masa depanku.

Hanya kepada-Mu Rabbi, semua keluh kesah dan rasa suka cita itu terhaturkan. Karena hanya diri-Mu, satu-satunya dzat yang mampu mengubah ketidakmungkinan menjadi sebuah keniscayaan yang tak dapat disangkal. Subhanallah, Alhamdulillah, La illaha Illallah, Allahuakbar!!!